Turunkan Premi Asuransi dengan Pantau Ketebalan Lambung Kapal

Tingginya premi asuransi maritim sering kali menjadi sumber frustrasi bagi pemilik dan manajer kapal. Biaya ini terasa seperti beban operasional yang terus meningkat tanpa kontrol yang jelas. Namun, akar dari sebagian besar risiko yang dinilai oleh penjamin emisi (underwriter) terletak pada ancaman yang tak kasat mata: degradasi lambung kapal akibat korosi dan penipisan. Risiko ini tidak hanya mengancam keselamatan awak dan kargo, tetapi juga secara langsung mengikis profitabilitas Anda melalui premi yang membengkak.

Artikel ini akan menjembatani kesenjangan krusial antara pemeliharaan teknis dan keuntungan finansial. Kami akan menyajikan peta jalan yang dapat ditindaklanjuti, menunjukkan bagaimana pemantauan ketebalan kapal menggunakan teknologi ultrasonik bukan sekadar biaya kepatuhan, melainkan sebuah investasi strategis. Dengan memahami dan mendokumentasikan kondisi aset Anda secara presisi, Anda dapat secara proaktif mengurangi risiko, memperkuat posisi negosiasi dengan perusahaan asuransi, dan pada akhirnya menurunkan premi Anda.

Anda akan mempelajari ancaman tersembunyi yang mengintai lambung kapal Anda, memahami teknologi presisi yang dapat mendeteksinya, mengikuti prosedur standar untuk inspeksi, dan yang terpenting, mengubah data pemeliharaan menjadi argumen finansial yang kuat.

  1. Ancaman Tersembunyi: Mengapa Korosi & Penipisan Lambung Mengancam Aset Anda
    1. Penyebab Utama Degradasi Lambung Kapal
    2. Bahaya Nyata di Balik Lambung yang Menipis
  2. Solusi Presisi: Pengukuran Ketebalan Ultrasonik (UTM) Dijelaskan
    1. Manfaat Utama Teknologi Ultrasonik untuk Inspeksi Kapal
  3. Prosedur Standar: Langkah-langkah Pemantauan Ketebalan Lambung
    1. Tahap 1: Persiapan dan Kalibrasi
    2. Tahap 2: Proses Pengukuran
    3. Tahap 3: Pencatatan Data dan Pelaporan
  4. Dampak Finansial: Hubungan Kondisi Kapal & Premi Asuransi Maritim
    1. Bagaimana Penjamin Emisi Menilai Risiko Kapal Anda
    2. Laporan UTM sebagai Bukti Due Diligence Anda
  5. Strategi Proaktif: Mengubah Biaya Perawatan Menjadi Keuntungan
    1. Dari Preventif ke Prediktif: Sebuah Pergeseran Paradigma
    2. Checklist untuk Menurunkan Risiko (dan Premi) Asuransi Anda
  6. Kesimpulan: Investasi dalam Pengetahuan adalah Investasi dalam Profitabilitas
  7. Referensi

Ancaman Tersembunyi: Mengapa Korosi & Penipisan Lambung Mengancam Aset Anda

Setiap kapal, terlepas dari ukuran atau usianya, terus-menerus berperang melawan lingkungan laut yang keras. Pertarungan ini memunculkan dua musuh utama integritas struktural: korosi plat kapal dan penipisan lambung. Memahami ancaman ini adalah langkah pertama dalam manajemen risiko yang efektif. Korosi adalah proses elektrokimia di mana logam seperti baja bereaksi dengan lingkungannya—dalam hal ini, air asin dan oksigen—dan secara bertahap kembali ke bentuk alaminya yang lebih stabil, yaitu oksida. Proses ini dipercepat secara signifikan di lingkungan laut, menciptakan sel korosi galvanik di mana area yang berbeda dari lambung kapal bertindak sebagai anoda dan katoda, mempercepat hilangnya material.

Penipisan lambung adalah hasil akhir dari proses degradasi ini. Penting untuk dicatat bahwa istilah “penipisan lambung” dalam konteks maritim merujuk pada pengurangan ketebalan plat baja kapal (hull thinning), dan sama sekali tidak berhubungan dengan kondisi medis “tukak lambung” (stomach ulcer). Mengklarifikasi hal ini sangat penting untuk memahami risiko teknis yang sebenarnya. Penipisan ini tidak terjadi secara seragam; area tertentu seperti tangki pemberat (ballast tanks) sangat rentan terhadap korosi karena paparan konstan terhadap air yang tidak diolah, sementara area di dekat jangkar atau di bagian bawah lambung lebih rentan terhadap abrasi mekanis.

Penyebab Utama Degradasi Lambung Kapal

Penipisan lambung kapal pada dasarnya disebabkan oleh dua mekanisme utama yang sering kali bekerja secara bersamaan:

  1. Degradasi Kimia (Korosi): Ini adalah penyebab paling umum. Seperti yang telah dijelaskan, air asin bertindak sebagai elektrolit yang sangat efisien, mempercepat proses elektrokimia yang menggerogoti baja. Berbagai jenis korosi dapat terjadi, termasuk korosi seragam (general corrosion), korosi sumuran (pitting corrosion) yang menciptakan lubang-lubang berbahaya, dan korosi galvanik yang terjadi ketika dua logam berbeda bersentuhan. Penelitian akademis di bidang teknik kelautan secara konsisten menunjukkan bahwa laju korosi pada baja laut dapat sangat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti salinitas, suhu air, dan keberadaan lapisan pelindung.
  2. Keausan Mekanis (Abrasi & Erosi): Lambung kapal juga mengalami keausan fisik. Abrasi terjadi akibat gesekan dengan partikel padat, seperti saat berlabuh di dasar laut yang berpasir atau bersentuhan dengan dermaga. Erosi disebabkan oleh aliran fluida berkecepatan tinggi, yang dapat mengikis lapisan pelindung dan material lambung itu sendiri, terutama di sekitar baling-baling dan kemudi.

Bahaya Nyata di Balik Lambung yang Menipis

Konsekuensi dari penipisan lambung yang tidak terdeteksi bisa sangat fatal. Ketika ketebalan plat baja berkurang di bawah batas aman yang ditentukan, risiko kegagalan struktural meningkat secara eksponensial. Dalam kondisi laut yang ekstrem, lambung yang lemah dapat retak atau bahkan pecah, yang mengarah pada kebocoran, hilangnya kargo, pencemaran lingkungan, dan yang terburuk, hilangnya nyawa.

Selain risiko keselamatan yang jelas, penipisan lambung juga membawa implikasi kepatuhan yang serius. Organisasi Maritim Internasional (IMO), melalui konvensi seperti International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS), menetapkan standar ketat untuk integritas struktural kapal. Kegagalan untuk memenuhi ketebalan minimum yang disyaratkan oleh badan klasifikasi dapat menyebabkan kapal dianggap tidak layak laut (unseaworthy), penangguhan sertifikat, dan penolakan klaim asuransi. Inilah mengapa pemantauan rutin bukan hanya praktik terbaik, tetapi juga persyaratan mutlak.

Solusi Presisi: Pengukuran Ketebalan Ultrasonik (UTM) Dijelaskan

Untuk melawan ancaman penipisan lambung yang tersembunyi, industri maritim mengandalkan teknologi canggih yang disebut Pengukuran Ketebalan Ultrasonik atau Ultrasonic Thickness Measurement (UTM). Metode ini adalah bagian dari Pengujian Tak Merusak (Non-Destructive Testing/NDT), yang berarti dapat menilai kondisi material tanpa merusak atau mengubah struktur kapal.

Prinsip kerja UTM sangat mirip dengan sonar atau teknologi gema. Sebuah alat genggam yang disebut ultrasonic thickness gauge memiliki transduser yang ditempatkan pada permukaan plat lambung. Transduser ini mengirimkan pulsa suara berfrekuensi tinggi (biasanya dalam rentang 0.1-15 MHz) melalui material. Gelombang suara ini merambat hingga mencapai sisi lain dari plat (dinding belakang) dan kemudian memantul kembali ke transduser. Alat ukur kemudian secara presisi mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang suara untuk melakukan perjalanan bolak-balik ini. Dengan mengetahui kecepatan suara dalam baja (sebuah konstanta yang diketahui), alat tersebut dapat menghitung ketebalan plat dengan akurasi tinggi.

Proses ini memberikan keunggulan signifikan dibandingkan metode inspeksi lainnya:

Metode Deskripsi Kelebihan Kekurangan
Pengujian Ultrasonik (UTM) Menggunakan gelombang suara untuk mengukur ketebalan. Sangat akurat, non-destruktif, cepat, hanya memerlukan akses satu sisi. Memerlukan permukaan yang bersih dan operator yang terlatih.
Inspeksi Visual Pemeriksaan permukaan oleh inspektur. Cepat untuk mendeteksi cacat permukaan yang jelas. Tidak dapat mengukur ketebalan atau mendeteksi penipisan internal.
Pengujian Destruktif Memotong sampel material untuk dianalisis di lab. Memberikan analisis material yang lengkap. Merusak struktur, mahal, memakan waktu, tidak praktis untuk inspeksi skala besar.

Manfaat Utama Teknologi Ultrasonik untuk Inspeksi Kapal

Penerapan UTM dalam inspeksi kapal memberikan tiga pilar manfaat yang saling terkait, yang secara langsung menjawab tantangan keselamatan, biaya, dan kepatuhan.

  1. Keselamatan: Dengan mendeteksi penipisan material secara dini, UTM memungkinkan perbaikan dilakukan sebelum mencapai titik kritis. Ini secara fundamental mencegah kegagalan struktural katastropik, melindungi nyawa awak kapal, kargo, dan lingkungan laut.
  2. Penghematan Biaya: UTM memungkinkan pemilik kapal beralih dari pemeliharaan reaktif (memperbaiki setelah rusak) ke pemeliharaan prediktif. Dengan mengetahui area mana yang menipis, perbaikan dapat dijadwalkan secara efisien selama dry-docking, mengurangi waktu henti yang tidak terduga dan mahal. Ini juga menghindari penggantian plat baja yang tidak perlu, menghemat biaya material dan tenaga kerja yang signifikan.
  3. Kepatuhan: Laporan UTM yang komprehensif adalah dokumen penting untuk memenuhi persyaratan survei dari badan klasifikasi dan regulator. Praktik inspeksi ini diatur oleh standar yang ditetapkan oleh badan sertifikasi NDT internasional seperti American Society for Nondestructive Testing (ASNT), yang memastikan bahwa prosedur dan personel memenuhi kualifikasi global. Ini membuktikan kepada semua pemangku kepentingan, termasuk perusahaan asuransi, bahwa kapal tersebut dipelihara dengan standar tertinggi.

Prosedur Standar: Langkah-langkah Pemantauan Ketebalan Lambung

Pelaksanaan survei UTM yang efektif bukanlah sekadar mengambil beberapa bacaan acak. Ini adalah proses sistematis yang mengikuti Prosedur Operasi Standar (SOP) untuk memastikan data yang akurat, dapat diulang, dan komprehensif. Proses ini diatur oleh aturan dari badan klasifikasi seperti International Association of Classification Societies (IACS), yang menetapkan persyaratan minimum untuk survei. Sebagai contoh, aturan umum menyatakan bahwa untuk kapal dengan panjang kurang dari 100 meter, pengurangan ketebalan plat yang diizinkan umumnya hingga 20% dari ketebalan aslinya.

Prosedur ini biasanya dibagi menjadi tiga tahap utama, dengan lokasi pengukuran ditentukan berdasarkan tata letak grid yang telah direncanakan sebelumnya pada gambar konstruksi kapal untuk memastikan cakupan yang representatif.

Tahap 1: Persiapan dan Kalibrasi

Sebelum pengukuran dapat dimulai, persiapan yang cermat sangat penting untuk akurasi. Langkah-langkah ini termasuk:

  • Pembersihan Permukaan: Area yang akan diukur harus dibersihkan dari cat, karat, dan kotoran laut. Permukaan yang kasar atau tidak rata dapat mengganggu transmisi gelombang suara dan menghasilkan pembacaan yang tidak akurat.
  • Pemeriksaan Keamanan: Inspektur memastikan area kerja aman, terutama jika bekerja di ketinggian atau di dalam ruang terbatas seperti tangki pemberat.
  • Kalibrasi Peralatan: Ini adalah langkah paling kritis. Teknisi yang berkualifikasi dan bersertifikat akan mengkalibrasi alat ukur ultrasonik menggunakan blok uji standar dengan ketebalan yang diketahui. Ini memastikan bahwa alat tersebut memberikan pembacaan yang akurat sebelum digunakan pada lambung kapal.

Tahap 2: Proses Pengukuran

Setelah persiapan selesai, teknisi memulai proses pengukuran aktual:

  • Aplikasi Couplant: Lapisan tipis gel atau gemuk khusus (couplant) dioleskan pada permukaan plat. Couplant ini menghilangkan celah udara antara transduser dan permukaan baja, memastikan transmisi gelombang suara yang efisien.
  • Penempatan Transduser: Transduser ditempatkan dengan kuat dan tegak lurus pada titik pengukuran yang ditentukan dalam grid.
  • Pengambilan Bacaan: Teknisi mengambil beberapa bacaan di sekitar setiap titik untuk memastikan konsistensi. Alat ukur modern sering kali menampilkan A-scan (representasi grafis dari gelombang suara) yang memungkinkan teknisi berpengalaman untuk memverifikasi bahwa pembacaan berasal dari pantulan dinding belakang yang jelas dan bukan dari cacat internal atau inklusi. Tampilan B-scan, yang lebih canggih, dapat memberikan gambaran penampang dari ketebalan plat.

Tahap 3: Pencatatan Data dan Pelaporan

Data yang dikumpulkan hanya berharga jika dicatat dan dilaporkan dengan benar. Tahap ini sangat penting untuk diserahkan kepada badan klasifikasi dan perusahaan asuransi.

  • Pencatatan Data: Setiap bacaan ketebalan dicatat dan dipetakan ke lokasinya yang sesuai pada diagram grid kapal. Banyak alat ukur modern memiliki fitur pencatatan data internal untuk mengurangi kesalahan manusia.
  • Analisis: Data yang tercatat dibandingkan dengan ketebalan asli kapal (“as-built”) dan batas penipisan maksimum yang diizinkan oleh badan klasifikasi.
  • Pelaporan Komprehensif: Laporan akhir UTM adalah dokumen formal yang merangkum semua temuan. Laporan ini biasanya mencakup rincian kapal, peralatan yang digunakan, sertifikasi teknisi, diagram lokasi pengukuran, tabel bacaan ketebalan, dan identifikasi area yang memerlukan pemantauan lebih lanjut atau perbaikan segera.

Dampak Finansial: Hubungan Kondisi Kapal & Premi Asuransi Maritim

Memahami hubungan langsung antara kondisi fisik kapal dan premi asuransi maritim adalah kunci untuk mengelola biaya operasional. Penjamin emisi (underwriters) pada dasarnya adalah manajer risiko. Tugas mereka adalah menilai kemungkinan terjadinya klaim dan menetapkan premi yang sesuai dengan tingkat risiko tersebut. Laporan UTM yang terdokumentasi dengan baik bukan lagi sekadar dokumen teknis; ia menjadi alat negosiasi finansial yang kuat.

Untuk memahami bagaimana penjamin emisi berpikir, bayangkan sebuah ‘Kartu Skor Pengaruh Premi’. Faktor-faktor negatif seperti usia kapal di atas 25 tahun atau riwayat klaim yang buruk akan memberikan skor risiko yang tinggi. Sebaliknya, faktor positif seperti sistem manajemen keselamatan yang solid dan, yang terpenting, laporan UTM yang bersih dan teratur, akan memberikan skor risiko yang rendah, yang berpotensi menghasilkan premi yang lebih rendah.

Ada dua jenis utama asuransi maritim yang relevan di sini: Hull & Machinery (H&M), yang menanggung kerusakan fisik pada kapal itu sendiri, dan Protection & Indemnity (P&I), yang disediakan oleh P&I Clubs dan menanggung kewajiban pihak ketiga (misalnya, kerusakan kargo, cedera awak, polusi). Kondisi lambung yang buruk meningkatkan risiko untuk kedua jenis pertanggungan tersebut.

Bagaimana Penjamin Emisi Menilai Risiko Kapal Anda

Penjamin emisi menggunakan beberapa faktor kunci untuk menghitung profil risiko kapal Anda, yang secara langsung menentukan premi:

  • Usia Kapal: Kapal yang lebih tua secara inheren dianggap berisiko lebih tinggi. Banyak perusahaan asuransi membatasi cakupan standar atau mengenakan premi yang jauh lebih tinggi untuk kapal berusia di atas 25 tahun.
  • Riwayat Klaim: Riwayat klaim yang sering atau besar menandakan risiko operasional yang lebih tinggi.
  • Rute Pelayaran: Berlayar melalui zona berisiko tinggi (misalnya, area rawan pembajakan atau cuaca ekstrem) akan meningkatkan premi.
  • Kondisi Pemeliharaan: Ini adalah faktor di mana Anda memiliki kontrol paling besar. Bukti pemeliharaan proaktif, dengan laporan UTM sebagai bukti utamanya, menunjukkan kepada penjamin emisi bahwa Anda secara aktif mengurangi kemungkinan kegagalan struktural.
  • Deductible: Jumlah yang Anda setujui untuk dibayar sendiri sebelum asuransi menanggung sisanya. Deductible yang lebih tinggi dapat menurunkan premi. Seringkali, deductible ditetapkan sebagai persentase dari nilai kapal, misalnya, “1% dari nilai pertanggungan”.

Laporan UTM sebagai Bukti Due Diligence Anda

Dalam terminologi asuransi, “due diligence” atau uji tuntas adalah kewajiban pemilik kapal untuk menjaga kapalnya dalam kondisi layak laut. Laporan UTM yang teratur dan bersih adalah bukti nyata bahwa Anda memenuhi kewajiban ini. Ini mengubah narasi dari “kapal ini tua” menjadi “kapal ini tua, tetapi terawat dengan sangat baik, dan ini buktinya.”

Dengan menyajikan data ketebalan yang komprehensif, Anda menunjukkan kepada penjamin emisi bahwa Anda tidak hanya bereaksi terhadap masalah, tetapi juga secara proaktif mengelola kesehatan aset Anda. Laporan ini terintegrasi dengan mulus ke dalam Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System/SMS) kapal, menunjukkan budaya keselamatan dan manajemen risiko yang kuat di seluruh organisasi Anda. Ini adalah sinyal kuat bagi penjamin emisi bahwa risiko mereka lebih rendah saat menanggung kapal Anda.

Strategi Proaktif: Mengubah Biaya Perawatan Menjadi Keuntungan

Pendekatan strategis terhadap pemeliharaan kapal dapat mengubahnya dari pusat biaya menjadi pendorong profitabilitas. Kuncinya adalah beralih dari pola pikir reaktif ke kerangka kerja prediktif, di mana data digunakan untuk mengantisipasi kegagalan sebelum terjadi. Kerangka kerja formal untuk ini diatur dalam Kode Manajemen Keselamatan Internasional (ISM Code) dari IMO, yang menuntut pendekatan sistematis terhadap manajemen keselamatan dan risiko.

Pergeseran ini dapat diilustrasikan dengan membandingkan tiga filosofi pemeliharaan:

  • Pemeliharaan Korektif (Reaktif): Memperbaiki sesuatu setelah rusak. Ini adalah pendekatan yang paling mahal karena menyebabkan waktu henti yang tidak terduga dan sering kali kerusakan sekunder.
  • Pemeliharaan Preventif (Berbasis Waktu): Mengganti atau menyervis komponen pada interval waktu yang tetap, terlepas dari kondisinya. Ini lebih baik daripada reaktif, tetapi dapat menyebabkan penggantian komponen yang masih bagus secara prematur.
  • Pemeliharaan Prediktif (Berbasis Kondisi): Menggunakan pemantauan dan analisis data (seperti UTM) untuk memprediksi kapan komponen akan gagal dan melakukan pemeliharaan tepat sebelum itu terjadi. Ini adalah pendekatan yang paling efisien, memaksimalkan masa pakai komponen sambil meminimalkan waktu henti.

Sebagai contoh studi kasus, bayangkan Perusahaan Pelayaran X menerapkan program pemantauan UTM dan pemeliharaan prediktif (PdM) yang ketat. Dalam dua tahun, mereka berhasil mengurangi waktu henti tak terduga terkait masalah struktural sebesar 15%. Dengan data ini, mereka mendekati perusahaan asuransi dan berhasil menegosiasikan pengurangan premi sebesar 5%, menunjukkan ROI yang jelas dari investasi mereka dalam teknologi inspeksi.

Dari Preventif ke Prediktif: Sebuah Pergeseran Paradigma

Pemantauan ketebalan ultrasonik adalah landasan dari strategi pemeliharaan prediktif untuk integritas lambung. Data yang dikumpulkannya memungkinkan manajer untuk melacak laju penipisan dari waktu ke waktu, memprediksi kapan suatu area akan mencapai batas kritis, dan menjadwalkan perbaikan dengan cara yang paling hemat biaya. Di masa depan, teknologi canggih seperti “digital twins”—model virtual dari kapal fisik yang terus diperbarui dengan data sensor waktu nyata—akan semakin menyempurnakan kemampuan prediktif ini, memungkinkan simulasi dan perencanaan pemeliharaan dengan presisi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Checklist untuk Menurunkan Risiko (dan Premi) Asuransi Anda

Berikut adalah daftar periksa yang dapat ditindaklanjuti yang dapat Anda gunakan untuk menilai dan meningkatkan profil risiko kapal Anda di mata penjamin emisi:

Kategori Pemeliharaan:

  • Apakah Anda memiliki jadwal reguler untuk survei UTM yang dilakukan oleh teknisi bersertifikat?
  • Apakah laporan UTM disimpan secara terpusat dan mudah diakses untuk audit?
  • Apakah temuan dari laporan UTM (area yang menipis) ditindaklanjuti dengan rencana perbaikan yang terdokumentasi?
  • Apakah catatan pemeliharaan mesin dan sistem kritis lainnya lengkap dan teratur?

Kategori Operasional:

  • Apakah awak kapal menerima pelatihan keselamatan dan prosedur darurat secara berkala?
  • Apakah ada protokol yang jelas untuk perencanaan pelayaran untuk menghindari area berisiko tinggi?
  • Apakah Sistem Manajemen Keselamatan (SMS) Anda diterapkan secara efektif dan ditinjau secara berkala?

Kategori Kepatuhan:

  • Apakah semua sertifikat statutori dan klasifikasi kapal selalu valid dan diperbarui?
  • Apakah kapal secara konsisten lulus inspeksi Port State Control tanpa penahanan?
  • Apakah Anda memiliki dokumentasi yang jelas untuk membuktikan kepatuhan terhadap semua peraturan internasional (SOLAS, MARPOL, dll.)?

Kesimpulan: Investasi dalam Pengetahuan adalah Investasi dalam Profitabilitas

Degradasi lambung kapal akibat korosi dan penipisan bukanlah sekadar masalah teknis; ini adalah risiko finansial yang signifikan yang secara langsung tercermin dalam premi asuransi maritim Anda. Namun, risiko ini dapat dikelola dan dimitigasi secara efektif. Pengukuran Ketebalan Ultrasonik (UTM) bukan hanya alat diagnostik; ini adalah instrumen strategis yang memberikan data objektif yang Anda butuhkan untuk melindungi aset Anda dan memperkuat posisi finansial Anda.

Dengan menerapkan program pemantauan proaktif, Anda mengubah narasi dari ketidakpastian menjadi kontrol. Anda menunjukkan kepada penjamin emisi bahwa Anda adalah manajer risiko yang cermat, yang secara aktif berinvestasi dalam keselamatan dan kelayakan laut. Pada akhirnya, pemantauan proaktif bukan hanya biaya—ini adalah investasi cerdas dalam profitabilitas jangka panjang, keselamatan operasional, dan ketenangan pikiran.

Jangan biarkan premi asuransi yang tidak terduga mengikis keuntungan Anda. Mulailah dengan menilai profil risiko Anda hari ini untuk membangun kasus yang lebih kuat bagi penjamin emisi Anda dan mengambil kendali atas biaya operasional Anda.

Untuk memenuhi kebutuhan peralatan pengukuran dan pengujian Anda, termasuk ultrasonic thickness gauge berkualitas tinggi, CV. Java Multi Mandiri adalah mitra terpercaya Anda. Sebagai supplier dan distributor instrumen terkemuka, kami menyediakan alat yang Anda butuhkan untuk menerapkan strategi pemeliharaan prediktif yang efektif. Silakan hubungi kami untuk mendiskusikan kebutuhan peralatan Anda dan bagaimana kami dapat mendukung operasi maritim Anda.

Rekomendasi Thickness Gauge – Alat Ukur Ketebalan

Multi-Mode Ultrasonic Thickness Gauge

Alat Ukur Ketebalan Multi Mode MITECH MT180

Multi-Mode Ultrasonic Thickness Gauge

Alat Ukur Ketebalan MITECH MT600

Multi-Mode Ultrasonic Thickness Gauge

Alat Ukur Ketebalan MITECH MT660

Multi-Mode Ultrasonic Thickness Gauge

Alat Ukur Ketebalan Multi Mode MITECH MT190


Disclaimer: Informasi dalam artikel ini ditujukan untuk tujuan edukasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat profesional di bidang keuangan atau teknik. Selalu konsultasikan dengan inspektur bersertifikat dan broker asuransi untuk kebutuhan spesifik kapal Anda.

Referensi

  1. E-Jurnal Sains dan Teknologi Kelautan. (N.D.). Berbagai studi mengenai laju korosi pada baja laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi.
  2. International Maritime Organization (IMO). (N.D.). International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS), 1974 & International Safety Management (ISM) Code. IMO.
  3. American Society for Nondestructive Testing (ASNT). (N.D.). Standards and Practices for NDT Certification. ASNT.
  4. International Association of Classification Societies (IACS). (N.D.). Common Structural Rules and Unified Requirements for Thickness Measurement. IACS.
  5. Chubb Limited. (N.D.). Marine Insurance Policy Documentation. Chubb Limited.