Audit Kapal dengan Ultrasonic Thickness Gauge

Menghadapi audit keselamatan kapal adalah momen penuh tekanan bagi setiap Manajer Kapal, Surveyor, atau Superintendent Teknis. Ketakutan akan kegagalan audit, yang berujung pada penundaan operasional dan biaya tak terduga, selalu membayangi. Di balik tekanan ini, ada musuh yang seringkali tak terlihat namun sangat nyata: korosi dan penipisan lambung kapal yang menggerogoti integritas struktural aset vital Anda. Bagaimana cara mengukur risiko yang tak kasat mata ini dan mengubahnya menjadi data yang valid untuk kepatuhan?

Jawabannya terletak pada teknologi presisi. Ultrasonic Thickness Gauge (UTG) bukan sekadar alat, melainkan instrumen esensial yang menjembatani antara ancaman degradasi material dan tuntutan regulasi yang ketat. Alat ini memungkinkan Anda untuk melihat menembus lapisan baja, mengukur ketebalan plat dengan akurat, dan memastikan kapal Anda benar-benar layak laut.

Artikel ini bukan sekadar panduan biasa. Ini adalah masterclass komprehensif yang dirancang untuk para profesional maritim. Kami akan menghubungkan ilmu di balik degradasi lambung kapal, panduan praktis penggunaan Ultrasonic Thickness Gauge, dan seluk-beluk persyaratan audit yang kompleks. Tujuannya satu: mengubah tekanan regulasi menjadi sebuah rencana yang jelas dan dapat ditindaklanjuti untuk menjamin integritas dan kelayakan laut kapal Anda.

  1. Memahami Risiko Utama: Degradasi Struktur & Ketebalan Plat Kapal
    1. Ancaman Tak Terlihat: Proses Korosi dan Penipisan Plat Baja
    2. Dari Penipisan Menuju Kegagalan: Risiko Struktural yang Kritis
  2. Solusi Teknologi: Pengujian Non-Destruktif (NDT) & Ultrasonic Thickness Gauge
    1. Apa itu Pengujian Non-Destruktif (NDT) di Industri Maritim?
    2. Prinsip Kerja Ultrasonic Thickness Gauge
    3. Panduan Pembeli: Memilih Alat Ukur Ketebalan Ultrasonik yang Tepat
  3. Mandat Regulasi: Standar Audit Keselamatan & Kelayakan Laut
    1. Peran Classification Society dan Aturan IACS
    2. Proses Sertifikasi Kelayakan Laut di Indonesia
  4. Aplikasi Praktis: Cara Menggunakan Ultrasonic Thickness Gauge di Kapal
    1. Langkah 1: Kalibrasi dan Persiapan Alat
    2. Langkah 2: Persiapan Permukaan dan Penggunaan Couplant
    3. Langkah 3: Teknik Pengambilan dan Interpretasi Pembacaan
  5. Kesimpulan: Dari Kepatuhan Menuju Keunggulan Operasional
  6. References

Memahami Risiko Utama: Degradasi Struktur & Ketebalan Plat Kapal

Sebelum membahas solusi, penting untuk memahami “mengapa” di balik setiap audit. Integritas struktural sebuah kapal bukanlah hal yang statis; ia terus-menerus diserang oleh lingkungan operasionalnya. Memahami proses degradasi ini adalah langkah pertama untuk mengelolanya secara efektif dan memastikan keselamatan.

Ancaman Tak Terlihat: Proses Korosi dan Penipisan Plat Baja

Lambung kapal yang terbuat dari baja, meskipun kuat, sangat rentan terhadap proses elektrokimia yang disebut korosi. Proses ini dipercepat secara signifikan oleh paparan konstan terhadap air laut yang kaya akan garam dan oksigen. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal REDOKS, korosi pada plat baja kapal adalah proses alami di mana logam kembali ke bentuk oksidanya yang lebih stabil, yang secara efektif mengurangi massa dan kekuatan material.[1]

Korosi pada kapal dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk, masing-masing dengan ancaman spesifiknya:

  • Korosi Umum (General Corrosion): Terjadi secara seragam di area permukaan yang luas, menyebabkan penipisan plat secara bertahap namun pasti.
  • Korosi Celah (Pitting Corrosion): Serangan korosi yang terlokalisir dan intensif, menciptakan lubang-lubang kecil namun dalam yang dapat menembus plat baja lebih cepat dan sulit dideteksi.
  • Korosi Galvanik (Galvanic Corrosion): Terjadi ketika dua logam yang berbeda bersentuhan dalam elektrolit (air laut), menyebabkan salah satu logam berkarat lebih cepat. Ini sering terjadi di sekitar baling-baling atau lasan.

Area yang paling rentan termasuk wind and water line (area yang bergantian terkena udara dan air), tangki balas, dan bagian bawah lambung. Seiring waktu, proses korosi yang tak terkendali ini akan menyebabkan penipisan lambung kapal, sebuah ancaman langsung terhadap keselamatan.

Dari Penipisan Menuju Kegagalan: Risiko Struktural yang Kritis

Penipisan plat kapal bukanlah sekadar masalah kosmetik; ini adalah degradasi langsung terhadap kemampuan kapal untuk menahan beban dan tekanan. Bayangkan lambung kapal sebagai tulang punggung struktural. Ketika “tulang” ini menipis, kemampuannya untuk menahan gaya dari gelombang, tekanan kargo, dan getaran mesin akan berkurang secara drastis.

Penurunan ketebalan plat secara langsung mengurangi modulus penampang (section modulus) struktur, yang merupakan ukuran kunci dari kekuatan lenturnya. Lambung yang sehat mendistribusikan tekanan secara merata, sementara lambung yang menipis memiliki titik-titik lemah di mana konsentrasi tegangan dapat menyebabkan retakan dan, pada skenario terburuk, kegagalan struktur katastrofik.

Konsekuensi dari kegagalan ini sangat nyata. Data dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang dianalisis dalam sebuah jurnal oleh Poltekpel Sorong menunjukkan adanya 24 investigasi kecelakaan tabrakan dalam satu tahun, menyoroti betapa kritisnya menjaga integritas struktural untuk mencegah insiden maritim.[2] Kegagalan struktur akibat penipisan lambung dapat menyebabkan kebocoran, pencemaran lingkungan, kehilangan kargo, dan yang paling fatal, kehilangan nyawa.

Solusi Teknologi: Pengujian Non-Destruktif (NDT) & Ultrasonic Thickness Gauge

Untuk melawan ancaman degradasi yang tak terlihat, industri maritim mengandalkan serangkaian metode inspeksi canggih yang dikenal sebagai Pengujian Non-Destruktif atau Non-Destructive Testing (NDT). Di antara berbagai teknik NDT, Ultrasonic Thickness Gauge (UTG) memegang peranan utama.

Seperti yang dinyatakan oleh Intertek, pemimpin global dalam inspeksi dan sertifikasi, “Deteksi kehilangan logam yang disebabkan oleh korosi, erosi, atau kerusakan sangat penting untuk memastikan keselamatan dan operasi berkelanjutan dari item/struktur yang diperiksa”.[3] Teknologi NDT, khususnya UTG, menyediakan data yang diperlukan untuk membuat keputusan krusial mengenai perbaikan, penggantian, atau kelanjutan operasi kapal.

Apa itu Pengujian Non-Destruktif (NDT) di Industri Maritim?

Pengujian Non-Destruktif (NDT) adalah kumpulan teknik analisis yang digunakan untuk mengevaluasi sifat suatu material, komponen, atau sistem tanpa menyebabkan kerusakan. Berbeda dengan pengujian destruktif yang menghancurkan sampel untuk menguji kekuatannya, NDT memungkinkan surveyor untuk memeriksa kondisi lambung kapal secara menyeluruh sambil menjaga integritasnya.

Di industri maritim, beberapa metode NDT umum digunakan, masing-masing dengan keunggulannya, seperti yang sering dilakukan oleh penyedia jasa inspeksi terkemuka seperti Sucofindo.

Metode NDT Aplikasi Utama di Kapal Kelebihan Kekurangan
Ultrasonic Testing (UT) Pengukuran ketebalan plat lambung, deteksi retak internal. Sangat akurat untuk ketebalan, portabel, hasil instan. Membutuhkan persiapan permukaan dan couplant.
Magnetic Particle Testing (MPT) Deteksi retak permukaan pada material feromagnetik (baja). Cepat, sensitif terhadap retak permukaan yang sangat halus. Hanya untuk material feromagnetik; tidak mendeteksi cacat di bawah permukaan.
Radiographic Testing (RT) Inspeksi kualitas lasan, deteksi cacat internal volumetrik. Memberikan rekaman visual permanen (film), sangat baik untuk cacat internal. Risiko radiasi, mahal, membutuhkan akses dua sisi.
Liquid Penetrant Testing (PT) Deteksi retak permukaan pada material non-porous. Murah, mudah diaplikasikan, dapat digunakan pada berbagai material. Hanya untuk cacat yang terbuka ke permukaan.

Dari semua metode ini, Ultrasonic Testing (UT) menggunakan Ultrasonic Thickness Gauge adalah metode standar industri untuk audit ketebalan plat kapal karena akurasi, kecepatan, dan efisiensinya.

Prinsip Kerja Ultrasonic Thickness Gauge

Cara kerja Ultrasonic Thickness Gauge didasarkan pada prinsip yang mirip dengan sonar atau gema. Alat ini bekerja dengan mengirimkan gelombang suara berfrekuensi sangat tinggi (ultrasonik) melalui sebuah transduser (probe) yang ditempelkan pada permukaan plat.

Prosesnya dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Emisi Pulsa: Transduser mengirimkan pulsa ultrasonik pendek ke dalam material.
  2. Perjalanan Gelombang: Gelombang suara ini merambat melalui plat baja dengan kecepatan yang konstan dan diketahui.
  3. Refleksi (Gema): Ketika gelombang mencapai sisi lain dari plat (dinding belakang), gelombang tersebut memantul kembali ke transduser.
  4. Pengukuran Waktu: Alat dengan sangat presisi mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang untuk melakukan perjalanan pulang-pergi ini.
  5. Kalkulasi Ketebalan: Dengan mengetahui kecepatan suara dalam material (misalnya, ~5920 meter per detik untuk baja) dan waktu tempuh, alat dapat menghitung ketebalan plat menggunakan rumus sederhana: Ketebalan = (Kecepatan Suara x Waktu Tempuh) / 2.

Bayangkan Anda berteriak di sebuah ngarai dan mengukur waktu hingga gema kembali. Jika Anda tahu kecepatan suara di udara, Anda bisa menghitung jarak ke dinding ngarai. UTG melakukan hal yang sama, tetapi dengan gelombang suara yang jauh lebih cepat dan pada skala mikroskopis.

Panduan Pembeli: Memilih Alat Ukur Ketebalan Ultrasonik yang Tepat

Memilih UTG yang tepat adalah investasi dalam keselamatan dan kepatuhan. Bagi seorang surveyor atau manajer teknis, beberapa fitur utama sangat penting untuk dipertimbangkan:

  • Kemampuan Through-Coating/Echo-to-Echo: Fitur ini sangat krusial untuk inspeksi kapal. Alat dapat mengabaikan ketebalan cat dan lapisan pelindung, sehingga hanya mengukur ketebalan logam yang tersisa. Ini menghemat waktu dan tenaga karena tidak perlu mengikis cat di setiap titik pengukuran.
  • Tampilan A-Scan: Fitur canggih ini menampilkan gelombang ultrasonik secara visual. Ini memungkinkan operator yang berpengalaman untuk memverifikasi bahwa pembacaan berasal dari dinding belakang material dan bukan dari cacat internal atau laminasi, sehingga meningkatkan keandalan pengukuran.
  • Penyimpanan Data dan Perangkat Lunak: Kemampuan untuk menyimpan ribuan pembacaan dan mentransfernya ke komputer untuk pelaporan sangat penting untuk audit. Ini memastikan pencatatan yang akurat dan dapat dilacak.
  • Pilihan Probe/Transduser: Kemampuan untuk menggunakan probe yang berbeda (misalnya, probe berdiameter kecil untuk area melengkung) meningkatkan fleksibilitas alat.
Fitur Model Dasar Model Profesional (Maritim)
Mode Pengukuran Pulse-Echo Pulse-Echo & Echo-to-Echo (Through-Coating)
Tampilan Hanya Angka Digital Angka Digital + Tampilan A-Scan
Penyimpanan Data Terbatas atau tidak ada Kapasitas besar dengan transfer USB/Bluetooth
Kalibrasi 1-titik atau 2-titik dasar Multi-titik, penyesuaian V-Path

Memilih model profesional yang dirancang untuk aplikasi maritim akan memberikan akurasi, efisiensi, dan keandalan yang dibutuhkan untuk audit keselamatan yang ketat.

Untuk kebutuhan ultrasonic thickness gauge, berikut beberapa produk yang direkomendasikan:

Mandat Regulasi: Standar Audit Keselamatan & Kelayakan Laut

Pengukuran ketebalan plat kapal bukan hanya praktik pemeliharaan yang baik; ini adalah persyaratan hukum dan regulasi yang tidak dapat ditawar. Audit keselamatan kapal dan sertifikasi kelayakan laut sangat bergantung pada data akurat yang disediakan oleh UTG untuk memverifikasi bahwa kapal memenuhi standar minimum yang ditetapkan oleh badan regulasi nasional dan internasional.

Dasar hukum utama untuk kelayakan laut di Indonesia adalah Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.[6] Undang-undang ini mengamanatkan bahwa setiap kapal yang berlayar harus memenuhi persyaratan keselamatan, yang mencakup integritas struktur lambungnya.

Peran Classification Society dan Aturan IACS

Di tingkat internasional, standar teknis untuk konstruksi dan pemeliharaan kapal ditetapkan oleh Classification Societies (Biro Klasifikasi) seperti Bureau Veritas (BV), American Bureau of Shipping (ABS), Lloyd’s Register (LR), dan ClassNK. Organisasi-organisasi ini bekerja di bawah payung International Association of Classification Societies (IACS), yang menyatukan persyaratan teknis untuk memastikan standar keselamatan yang seragam di seluruh dunia.

Dokumen IACS Unified Requirement Z7 (UR Z7) secara spesifik mengatur tentang survei klasifikasi lambung kapal. Dokumen ini dengan jelas menyatakan: “Pengukuran ketebalan biasanya harus dilakukan dengan menggunakan peralatan uji ultrasonik. Akurasi peralatan harus dibuktikan kepada Surveyor sesuai kebutuhan. Pengukuran ketebalan harus dilakukan oleh perusahaan yang disetujui oleh Biro Klasifikasi…”.[4] Pernyataan ini menjadikan penggunaan UTG sebagai mandat, bukan pilihan, dalam survei resmi.

Biro Klasifikasi menetapkan batas penipisan yang diizinkan, yang dikenal sebagai wastage allowance atau diminution. Beberapa istilah kunci yang perlu dipahami adalah:

  • As-Built Thickness: Ketebalan plat asli saat kapal dibangun.
  • Tabular Scantling/Required Thickness: Ketebalan minimum yang disyaratkan oleh peraturan untuk setiap bagian struktur kapal.
  • Wastage Limit: Persentase penipisan maksimum yang diizinkan dari ketebalan yang disyaratkan. Umumnya berkisar antara 20-25%.

Sebuah arahan penting dari United States Coast Guard (USCG) dalam NVIC 7-68 memberikan wawasan ahli: “Jika korosi telah terjadi, evaluasi tingkatannya harus mengacu pada scantling tabel yang disyaratkan dan bukan pada scantling as-built“.[5] Ini adalah detail krusial. Penilaian tidak didasarkan pada seberapa banyak plat telah menipis dari kondisi barunya, tetapi apakah ketebalan yang tersisa masih di atas ambang batas minimum yang disyaratkan oleh peraturan.

Proses Sertifikasi Kelayakan Laut di Indonesia

Di Indonesia, proses untuk memastikan sebuah kapal memenuhi persyaratan ini berpuncak pada penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) oleh otoritas pelabuhan setempat (Syahbandar). Proses ini diawasi oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (DJPL).

Untuk mendapatkan SPB, sebuah kapal harus terlebih dahulu dinyatakan “laik laut”. Proses sertifikasi ini melibatkan serangkaian pemeriksaan yang ketat, di mana laporan pengukuran ketebalan (Gauging Report) menjadi salah satu dokumen kunci.

Proses sertifikasi secara umum mengikuti alur berikut:

  1. Pengajuan Permohonan: Pemilik atau operator kapal mengajukan permohonan kepada Syahbandar atau kantor DJPL terkait.
  2. Pemeriksaan Dokumen: Otoritas memeriksa kelengkapan sertifikat statutori kapal, termasuk sertifikat kelas dari Biro Klasifikasi.
  3. Survei Fisik: Surveyor pemerintah atau yang ditunjuk (Marine Inspector) akan melakukan pemeriksaan fisik kapal.
  4. Verifikasi Ketebalan Lambung: Surveyor akan meninjau laporan pengukuran ketebalan terbaru untuk memastikan tidak ada area yang melebihi batas penipisan yang diizinkan. Mereka dapat melakukan pengukuran acak untuk memverifikasi laporan tersebut.
  5. Penerbitan Sertifikat: Jika semua persyaratan, termasuk integritas struktural, terpenuhi, sertifikat kelayakan laut akan diterbitkan, yang menjadi dasar untuk penerbitan SPB.

Tanpa bukti yang valid dan dapat diverifikasi mengenai kondisi ketebalan lambung, sebuah kapal tidak akan pernah dianggap laik laut dan tidak akan diizinkan berlayar.

Aplikasi Praktis: Cara Menggunakan Ultrasonic Thickness Gauge di Kapal

Memahami teori dan regulasi adalah penting, tetapi kemampuan untuk menerapkan pengetahuan ini di lapangan adalah yang membedakan seorang profesional. Menggunakan UTG secara efektif memerlukan prosedur yang sistematis untuk memastikan hasil yang akurat dan dapat diandalkan.

Langkah 1: Kalibrasi dan Persiapan Alat

Akurasi dimulai bahkan sebelum Anda menyentuh lambung kapal. Kalibrasi adalah langkah paling krusial untuk memastikan alat Anda memberikan pembacaan yang benar.

  1. Nyalakan Alat: Biarkan alat stabil selama beberapa menit.
  2. Pilih Kecepatan Suara: Masuk ke menu pengaturan dan pastikan kecepatan suara (velocity) diatur untuk material yang akan diukur. Untuk baja karbon, nilainya sekitar 0.2330 inci/µs atau 5920 m/s.
  3. Gunakan Blok Uji: Gunakan blok uji (test block) dengan ketebalan yang diketahui, idealnya yang memiliki beberapa tingkatan ketebalan.
  4. Lakukan Kalibrasi Nol: Teteskan sedikit couplant pada blok uji, tempelkan probe, dan lakukan fungsi “zero” pada alat untuk mengkompensasi keausan pada probe.
  5. Kalibrasi Rentang (2-Titik): Ukur ketebalan yang diketahui pada blok uji. Jika pembacaan alat tidak cocok, sesuaikan pengaturan kecepatan suara atau gunakan fungsi kalibrasi 2-titik hingga pembacaan alat sesuai dengan ketebalan sebenarnya pada blok uji. Verifikasi pada beberapa titik ketebalan jika memungkinkan.

Kalibrasi yang tepat memastikan bahwa semua pengukuran berikutnya dapat dipercaya.

Langkah 2: Persiapan Permukaan dan Penggunaan Couplant

Gelombang ultrasonik tidak dapat merambat melalui udara. Oleh karena itu, permukaan yang akan diukur harus bersih dan halus, serta memerlukan media perantara yang disebut couplant.

  1. Pembersihan Permukaan: Hilangkan semua karat lepas, kerak, dan cat yang mengelupas dari area pengukuran. Permukaan harus berupa logam yang padat. Penggunaan sikat kawat atau gerinda mungkin diperlukan untuk area yang sangat terkorosi.
  2. Aplikasi Couplant: Oleskan lapisan tipis couplant (gel, gliserin, atau bahkan oli) pada area yang telah dibersihkan. Couplant berfungsi untuk menghilangkan celah udara antara probe dan permukaan plat, memastikan transmisi sinyal ultrasonik yang efisien.
  3. Konsistensi: Gunakan couplant secukupnya. Terlalu sedikit akan menghasilkan sinyal yang lemah atau tidak stabil, sementara terlalu banyak dapat menyebabkan probe tergelincir dan pembacaan yang tidak akurat.

Seorang surveyor berpengalaman akan memberitahu Anda bahwa 90% masalah pembacaan yang buruk berasal dari persiapan permukaan yang tidak memadai.

Langkah 3: Teknik Pengambilan dan Interpretasi Pembacaan

Dengan alat yang terkalibrasi dan permukaan yang siap, saatnya melakukan pengukuran.

  1. Penempatan Probe: Tekan probe dengan kuat dan tegak lurus (90 derajat) ke permukaan plat. Goyangkan sedikit untuk mengeluarkan gelembung udara dari bawah probe.
  2. Dapatkan Pembacaan Stabil: Tahan probe di tempatnya sampai pembacaan di layar menjadi stabil. Simbol stabilitas (seringkali berupa ikon) akan muncul pada banyak alat.
  3. Pencatatan: Catat pembacaan pada lembar laporan atau simpan secara digital di dalam alat. Pastikan untuk mencatat lokasi pengukuran secara akurat sesuai dengan denah kapal (gauging pattern).
  4. Pola Pengukuran: Untuk setiap plat, surveyor biasanya mengambil beberapa titik pengukuran (misalnya, lima titik: satu di tengah dan satu di setiap sudut) untuk mendapatkan gambaran yang representatif tentang kondisinya.

Panduan Pemecahan Masalah Cepat

Masalah Kemungkinan Penyebab Solusi
Tidak Ada Pembacaan Tidak ada couplant; permukaan sangat kasar/berkarat; probe rusak. Tambahkan couplant; bersihkan permukaan lebih lanjut; coba probe lain.
Pembacaan Tidak Stabil Couplant tidak merata; probe tidak tegak lurus; permukaan melengkung. Aplikasikan ulang couplant; tegakkan posisi probe; gunakan probe berdiameter kecil.
Pembacaan Terlalu Rendah Cacat internal (laminasi); kalibrasi salah. Gunakan A-scan untuk verifikasi; lakukan kalibrasi ulang.
Pembacaan ~2x Lipat Gema ganda (multiple echo) pada material yang sangat tipis. Periksa pengaturan alat untuk mode material tipis; verifikasi dengan kaliper jika memungkinkan.

Menguasai teknik ini akan memastikan bahwa data yang Anda kumpulkan tidak hanya akurat tetapi juga dapat dipertahankan selama proses audit yang ketat.

Kesimpulan: Dari Kepatuhan Menuju Keunggulan Operasional

Degradasi lambung kapal adalah risiko yang konstan dan tak terhindarkan dalam industri maritim. Namun, dengan pemahaman yang mendalam dan alat yang tepat, risiko ini dapat dikelola secara efektif. Ultrasonic Thickness Gauge (UTG) telah berevolusi dari sekadar alat ukur menjadi instrumen sentral dalam ekosistem keselamatan dan kepatuhan maritim.

Kita telah melihat bahwa penipisan plat akibat korosi adalah ancaman nyata yang dapat berujung pada kegagalan struktural. Untuk mencegahnya, badan regulasi seperti IACS dan pemerintah nasional mewajibkan inspeksi ketebalan yang ketat sebagai syarat mutlak untuk kelayakan laut. UTG adalah teknologi yang memungkinkan kita untuk memenuhi mandat ini dengan presisi dan efisiensi.

Dengan menguasai proses ini—mulai dari memahami ilmu di balik korosi, mematuhi standar regulasi yang kompleks, hingga menerapkan teknik pengukuran yang benar di lapangan—para profesional maritim dapat bertransformasi. Anda dapat beralih dari posisi reaktif yang diliputi kekhawatiran akan audit, menjadi proaktif dan memegang kendali penuh atas integritas aset kapal Anda. Pada akhirnya, ini bukan hanya tentang lulus audit; ini tentang memastikan keselamatan kru, melindungi lingkungan, dan menjaga keunggulan operasional di lautan yang menantang.

Jika Anda bertanggung jawab atas keselamatan dan pemeliharaan armada, memastikan Anda memiliki peralatan yang tepat adalah langkah pertama. Di CV. Java Multi Mandiri, kami adalah supplier dan distributor yang berfokus pada penyediaan instrumen pengukuran dan pengujian berkualitas tinggi, termasuk berbagai jenis Ultrasonic Thickness Gauge yang sesuai dengan kebutuhan industri maritim. Kami memahami tantangan yang Anda hadapi dan siap membantu memenuhi kebutuhan peralatan Anda untuk memastikan kepatuhan dan keselamatan. Untuk konsultasi mengenai produk yang tepat untuk aplikasi Anda, jangan ragu untuk menghubungi kami.

Rekomendasi Ultrasonic Thickness Gauge

References

  1. Jurnal REDOKS. (N.D.). Analisis Laju Korosi Material Plat Baja Kapal. Universitas PGRI Palembang. Retrieved from https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/redoks/article/view/8439/5965
  2. e-Journal Politeknik Pelayaran Sorong. (N.D.). Analisis Hasil Investigasi Kecelakaan Pelayaran oleh KNKT. Politeknik Pelayaran Sorong. Retrieved from https://ejournal.poltekpel-sorong.ac.id/index.php/jpb/article/download/60/35/278
  3. Intertek. (N.D.). Ultrasonic thickness measurement (UTM). Retrieved from https://www.intertek.com/non-destructive-testing/materials-testing/ultrasonic-thickness-measurement-utm/
  4. International Association of Classification Societies (IACS). (2022, May). Hull Classification Surveys – IACS Unified Requirement Z7. Retrieved from https://www.classnk.or.jp/hp/pdf/info_service/iacs_ur_and_ui/ur_z7_rev.29_may_2022ul.pdf
  5. United States Coast Guard (USCG). (1968). NVIC 7-68: Notes on Inspection and Repair of Steel Hulls. Retrieved from https://media.defense.gov/2017/Jul/25/2001782803/-1/-1/0/N7-68.PDF
  6. JDIH ESDM. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran. Retrieved from https://jdih.esdm.go.id/common/dokumen-external/UU%20No.%2017%20Tahun%202008%20Pelayaran.pdf