Jenis Struktur Basement dan Teknik Pembuatannya

Jenis Struktur Basement dan Teknik PembuatannyaPerlu diketahui bahwa basement merupakan sebuah tingkat atau beberapa tingkat bangunan yang keseluruhan atau sebagiannya terletak berada di bawah tanah. Jika berdasarkan sistem perlindungannya, struktur basement ini dapat dibedakan dalam beberapa tipe yaitu :

Macam - Macam Struktur Basement dan Teknik Pembuatannya

Jenis Struktur Basement dan Teknik Pembuatannya

1. Tipe A – Perlindungan Tanki (Tanked Protection)

Struktur ini tidak mempunyai perlindungan integral untuk melawan penetrasi air tanah yang selanjutnya bergantung pada lapisan membran kedap air atau waterproofing membrane.

Pada sistem struktur air yang dipilih juga harus dapat mengatasi tekanan hidrostatik dari air bawah tanah yang bersama juga dengan lapisan yang ada sesuai dengan beban yang ditumpu.

Untuk struktur tembok umumnya dapat memakai pratekan atau prestressed yaitu beton yang dikuatkan atau beton polos, atau bisa juga dengan batuan keras dengan sistem struktural kedap air yang digabungkan secara eksternal selama masa konstruksi. Selain itu, dapat juga diterapkan secara internal melalui basement yang sudah selesai dibangun.

Pada tembok batuan keras atau masonry umumnya dapat memerlukan penambahan semen yang dapat menghasilkan permukaan cukup bagus untuk mendapatkan sistem kedap air sesuai dengan yang diharapkan. Untuk bentuk konstruksi ini sebenarnya cukup mumpuni, hanya saja tergantung dari sistem kedap air atau waterproofing yang digunakan. Selain itu, hasil yang didapatkan juga memiliki tingkat ketahanan yang tinggi dari pergerakan air tanah.

2. Tipe B – Perlindungan integral terstruktrur (structurally integral protection)

Pada umumnya struktur membutuhkan pembangunan struktur tersebut untuk dibagun sebagai kulit integral tahan air. Dalam pembangunan beton yang dikuatkan atau pratekan tanpa alternatif lain, maka struktur basement harus dirancang dengan menggunakan parameter yang pasti dan harus ketat agar dapat memastikan ketahanan airnya.

Namun kebanyakan rancangan harus dibangun berdasarkan dengan rekomendasi BS 8007 atau BS 8110 yang dimana memberikan petunjuk atau kualitas beton dan jarak antar tulangan. Jika tidak ada tambahan membran yang terpisah maka bentuk konstruksi ini dapat dikatakan tidak sama tahannya terhadap air serta pergerakan uap air seperti pada tipe A atau C.

3. Tipe C – Perlindungan dengan pengaliran (drained protection)

Struktur ini akan menggabungkan rongga alir diantara struktur basement. Selain itu, ketergantungan permanen dari pada rongga juga berperan untuk mengumpulkan air tanah sepanjang palung rembesan struktur yang dimana dapat langsung meneruskan air tersebut ke bagian pembuangan air dari drainase atau dapat juga menggunakan pemompaan.

Sebenarnya untuk struktur tembok bisa memakai pratekan atau prestressed, beton polos, beton yang dikuatkan atau bisa juga dengan menggunakan batuan keras. Untuk bagian luar tembok basement harus mempunyai ketahanan yang cukup dalam ketahanan air agar dapat memastikan rongga air yang ada hanya mendapatkan limpahan air sesuai yang terkontrol.

Namun jika tidak, untuk sistem rongga ini tidak bisa mengatasi air bah yang melewati batas limpahan air khususnya jika selama kondisi banjir atau badai. Umumnya bentuk pada konstruksi ini cukup mumpuni berdasarkan sistem kedap air atau waterproofing yang digunakan, serta dapat menghasilkan ketahanan yang tinggi dari pergerakan air tanah.

Teknik Membuat Basement

Untuk melakukan perluasan ruang dalam bangunan biasanya akan menggunakan dua sistem yaitu dengan menggunakan cara yang ditinggikan atau menambahkan bangunan pada bagian samping, bagian belakang, ataupun bagian depan. Tidak hanya itu saja, sebenarnya masih ada satu cara lagi yang dapat diaplikasikan yaitu dengan membuat ruang bawah tanah atau basement.

Jika diluar negeri, penggunaan basement ini sudah bukan hal yang asing. Akan tetapi jika di Indonesia, basement lebih sering digunakan pada bangunan yang mempunyai ukuran besar seperti hotel, supermarket, mall, gedung perkantoran, dan masih banyak lainnya. Tidak hanya itu saja, basement juga lebih sering dipakai untuk tempat parkir kendaraan ataupun gudang.

Apabila akan membuat basement di rumah hunian, umumnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti :

1. Garis sempadannya

Pada umumnya untuk garis sempadan pada basement ini selalu lebih maju apabila dibandingkan dengan GSB atau garis sempadan bangunan yang berdekatan dengan garis sempadan pagar.

2. Perhatikan kondisi di sekitar daerah bangunan

Daerah disekitar merupakan daerah yang sering digunakan untuk membangun sistem jaringan telepon, kabel listrik, plumbing, dan sebagainya. Jadi perhatikan daerah yang memiliki batasan langsung dengan lahan tetangga.

Perlu diketahui bahwa dinding di basement tidak dapat dibuat saling berdekatan atau berdempetan dengan diding yang lain.Hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi kekuatan konstruksi dan bangunan. Apabila terpaksa harus berdempetan, maka dapat menggunakan sheet pile yang terbuat dari beton atau baja, serta memiliki fungsi jadi dinding penahan atau retaining wall.

3. Perhatikan posisi bagian muka air tanah

Setiap daerah tentunya memiliki kondisi yang tidak selalu sama, jika muka air memiliki ukuran yang tinggi, maka perlu sekali menyediakan pompa, kemudian area kerja diblok dengan terpal atau plastik. Hal tersebut bertujuan agar ketika proses pembuatan konstruksi tersebut dilakukan, maka tidak akan muncul gangguan yang berupa genangan air. Baru setelah itu buatlah pari supaya air dapat dialirkan kebagian atau tempat  yang lainnya.

Struktur Basement

Apabila bangunan tersebut normal maka pemipaan air dapat menerapkan konsep gravitasi yang dibantu dengan memakai alat mekanis. Contohnya jika basement tersebut diberi toilet dan juga kamar mandi, maka untuk air buangannya harus bisa dialirkan pada tempat yang lebih rendah. Padahal sebenarnya basement merupakan ruang yang posisinya ada di bagian paling rendah, maka dari itu air harus dipompa terlebih dahulu ke atas. Untuk metode lainnya juga dapat diterapkan dengan membuat septic tank di bawah basement tersebut.

Lalu untuk dinding juga harus dibuat dengan sekokoh mungkin dan kuat. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada fungsi dinding tersebut yang dimana fungsinya tidak hanya sebagai penahan atau retaining saja, namun juga sebagai penahan air. Untuk ukuran ketebalan yang paling baik yaitu sekitar 15 hingga 17,5 cm air. Namun sebaiknya dinding tersebut dilengkapi dengan menggunakan lapisan anti air atau waterproofing.

Tidak hanya itu saja, untuk memilih material dan juga bahan penting sekali untuk diperhatikan. Hal tersebut umumnya dikarenakan pada masalah yang sering dalam penggunaan basement yaitu seperti kelembaban. Penyebab terjadinya kelembaban yaitu karena ruang tersebut kurang mendapatkan pencahayaan dari matahari hingga dapat menimbulkan efek kondisi ruang menjadi kurang sehat. Selain itu, pada proses pemberian warna atau pengecatan juga menjadi cukup sulit dikerjakan karena cat tersebut tidak mudah merata.

Namun demikian, untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan cat yang memiliki sifat anti air. Untuk penggunaan wallpaper tidak direkomendasikan sama sekali karena bahan tersebut tidak tahan pada kelembaban air. Tidak hanya itu saja, karpet juga tidak perlu dipakai karena alasan yang serupa. Apalagi jika terlalu sering kena lembab karpet tentu dapat menimbulkan aroma yang kurang sedap di area tersebut.

Untuk penggunaan perabot sebaiknya dilakukan pemilihan, sebaiknya memilih perabot yang berasal dari bahan plastik karena memiliki kekuatan yang lebih terhadap kelembaban. Apabila menggunakan bahan dari kayu, biasanya akan lebih rentan pada lembab dan jamur tentu akan muncul dengan mudah. Bahan tersebut tentunya memiliki resiko akan lebih merusak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *