Fungsi dan Pelaksanaan Konstruksi Basement

Fungsi dan Pelaksanaan Konstruksi Basement – Basement memang penting dan diperlukan jika sebuah gedung dibangun di pusat kota. Dikarenakan lahan yang semakin terbatas, penggalian tanah untuk membangun basement menjadi salah satu solusinya. Selain pembangunan berdiri ke atas, ada juga basement yang merupakan pembangunan secara vertikal ke bawah.

basement

Hal ini tidak lain dilakukan karena semakin terbatasnya lahan, terlebih di wilayah perkotaan, yang tidak memungkinkan untuk pembangunan secara mendatar. Pembangunan vertikal ke bawah dengan membangun basement dibuat sebagai usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang semakin sempit dan juga mahal.

Apa itu Basement?

Basement secara sederhana dapat dideskripsikan sebagai ruangan pada gedung bertingkat yang terletak di bawah permukaan tanah. Basement menjadi solusi penambahan lantai kembali pada bagian paling bawah sebuah gedung, yang terletak di bawah permukaan tanah dari desain bangunan gedung. Lantai basement sebuah gedang umumnya terdiri dari sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang keseluruhan atau sebagian terletak di bawah permukaan tanah.

Fungsi Basement

Dilihat dari segi struktur, konstruksi basement memiliki fungsi utama yaitu:

  • Untuk memperdalam kedalaman dasar pondasi yang memberikan pengaruh terhadap kenaikan besarnya daya dukung ultimit tanah dasar.
  • Untuk memperbesar kestabilan konstruksi gedung terhadap gaya geser atau gaya guling yang mungkin terjadi. Karena dalam pembuatan basement akan dilakukan penggalian, apabila berat tanah yang digali sama dengan berat bangunan di atasnya, maka secara teoritis tidak terjadi penurunan bangunan.

Sementara itu fungsi kedua dari basement yang terlihat di lapangan sebenarnya tidak lebih dari pemanfaatan basement, misalnya sebagai ruang mesin, tempat parkir, gudang dan utilitas lainnya.

Pelaksanaan Konstruksi Basement

Dengan adanya basement pada sebuah gedung tentunya akan ada pelaksanaan penggalian tanah. Langkah pertama berdirinya sebuah gedung bertingkat tentunya harus dikerjakan pembangunan basement terlebih dahulu.

Untuk menghindari masalah yang akan dihadapi pada saat pekerjaan basement yaitu adanya faktor runtuhnya dinding tanah vertikal serta munculnya air tanah ke permukaan pada galian. Oleh karenanya dibutuhkan teknik serta metode yang tepat saat melaksanakan konstruksi basement.

Berikut merupakan tiga hal penting yang perlu diperhatikan saat pelaksanaan konstruksi basement, antara lain:

1. Metode konstruksi

Metode konstruksi merupakan suatu teknik pelaksanaan yang digunakan sebagai acuan pihak pelaksana (kontraktor) dalam melaksanakan atau mengelola suatu proyek sehingga mencapai hasil yang diinginkan seefisien mungkin.

Metode pelaksanaan konstruksi biasanya ditentukan oleh pihak konsultan perencana dan merupakan suatu rangkaian studi, desain dan supervisi. Teknik konstruksi ini ditentukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek terkait misalnya teknologi dan peralatan yang digunakan serta limitasi-limitasi yang membatasi gerak laju proyek, seperti arus lalu lintas, kondisi lingkungan sekitar, kondisi tanah, dan juga jarak bangunan terdekat dan kemampuan tenaga kerja.

Teknik konstruksi harus direncanakan dengan baik sebelum proyek dimulai agar tidak menimbulkan berbagai permasalahan pada waktu pelaksanaan. Kasus-kasus pembongkaran, penambahan tulangan, redesain dan juga kasus-kasus lapangan yang lain pada dasarnya adalah akibat dari tidak matangnya perencanaan metode kerja, sehingga mengakibatkan proyek menjadi terganggu bahkan tertunda, yang menyebabkan berbagai inefisiensi baik waktu maupun biaya.

Secara singkat teknik pelaksanaan proyek konstruksi sebuah basement dimulai dari pekerjaan arah ke bawah (downward) dan pekerjaan arah ke atas (upward). Setelah kontraktor melaksanakan pekerjaan konstruksinya dari arah ke bawah selesai, kemudian dilanjutkan pelaksanaan arah ke atas baru dimulai.

2. Retaining wall atau Dinding Penahan

Untuk menghindari keruntuhan saat dilakukannya pekerjaan penggalian tanah, maka sebelumnya harus dibuat pengaman galian dengan memasang retaining wall (dinding penahan tanah). Terdapat banyak jenis dinding penahan tanah yang bisa dipilih untuk pelaksanaan pekerjaan basement, namun yang umum dipakai yakni menggunakan contigous pile ataupun diaphragm wall.

Dari keduanya, yang kerap digunakan untuk pekerjaan konstruksi basement yaitu diaphragm wall. Kelebihan dari dinding penahan diaphragm wall yaitu:

Pengerjaannya dapat dilaksanakan di semua jenis serta kondisi tanah, ditambah lagi kontraktor tidak harus menurunkan muka air tanah.
Pengerjaan diaphragm wall relatif tidak bising serta tidak menyebabkan adanya getaran sehingga sangat cocok untuk pembuatan basement gedung di pusat kota.

3. Dewatering

Galian tanah untuk kebutuhan pembangunan basement akan memicu genangan air pada galian. Solusi untuk menjaga agar area galian tetap dalam keadaan kering yakni dengan menggunakan sistem dewatering. Selanjutnya dewatering ini dapat mengendalikan air tanah agar tidak mengganggu proses pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi basement sebuah gedung.

Tahapan Pelaksanaan Metode Konstruksi Pembuatan Basement

Pelaksanaan metode konstruksi pembuatan basement dibedakan menjadi tahapan pelaksanaan arah kebawah (downward) serta tahapan pelaksanaan arah keatas (upward).

Berikut ini merupakan tahapan pelaksanaan arah ke bawah dapat diuraikan, antara lain:

  1. Sistem dewatering dikerjakan lebih dahulu untuk menurunkan muka air tanah.
  2. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan diaphragm wall sebagai dinding penahan tekanan lateral tanah dan pemutus aliran air tanah (cut off wall).
  3. Setelah pekerjaan diaphragm wall, dilanjutkan dengan pekerjaan ekskavasi atau galian. Jika sudah mencapai kedalaman tertentu, kemudian dipasang angkur.
  4. Pekerjaan pondasi (bored pile) dikerjakan setelah pekerjaan galian mencapai kedalaman yang diinginkan.

Sedangkan tahap pelaksanaan arah ke atas pada teknik konstruksi pembuatan basement yaitu :

  1. Setelah pekerjaan pondasi (bored pile) selesai, dilanjutkan dengan pembuatan lantai kerja.
  2. Kemudian dilakukan proses pilecap, yaitu pekerjaan untuk menyatukan pondasi bored pile dengan lantai kerja.
  3. Jika pekerjaan pilecap selesai, kemudian dilakukan pembuatan tie beam dan dilanjutkan pembuatan kolom.
  4. Setelah itu dilaksanakan pembuatan pelat lantai basement terdalam.
  5. Setelah pembuatan pelat lantai basement, kontraktor melanjutkan pelaksanaan pekerjaan dari lantai dasar sampai dengan lantai tertinggi, pelaksanaan pekerjaannya sama dengan teknik konvensional yang urutan pekerjaannya lazim dilaksanakan pada pekerjaan struktur, yaitu pekerjaan kolom, balok dan juga pelat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *