Metode Konstruksi Basement

Metode Konstruksi Basement – Secara garis besar metode konstruksi basement dua macam, yakni metode Bottom-Up dan metode Top-Down. Pada metode Bottom-Up sendiri memiliki macam-macam teknik pelaksanaannya, seperti teknik cut-off dan teknik strutting steel. Untuk lebih jelasnya mengenai metode Bottom-Up dan metode Top-Down, berikut uraiannya dibawah ini.

Metode Konstruksi Basement

Metode Konstruksi Basement

1. Metode Bottom-Up

Metode Bottom-up atau metode pembangunan gedung yang dimulai dari bawah hingga ke atas ini juga fokus terhadap pembuatan basement terlebih dahulu. Dengan menggali tanah terlebih dahulu hingga mencapai elevasi yang direncanakan merupakan tahapan pertama yang dilakukan dalam metode ini. Setelah itu lakukan pekerjaan pondasi, pekerjaan kolom, dan pekerjaan pelat hingga ke lantai paling atas. Adapun urutan pengerjaan menggunakan metode bottom-up ini.

Urutan Pengerjaan Metode Bottom-Up: 

  • Siapkan akses peralatan dan bahan 
  • Lakukan penggalian tanah
  • Proses pembuatan pondasi
  • Buat dinding penahan tanah (bila dibutuhkan)
  • Proses pembuatan lantai basement
  • Buat kolom, balok, dan pelat lantai berulang hingga ke lantai paling atas

Kelebihan dari Metode Bottom-Up:

  • Biaya yang harus dikeluarkan relatif lebih murah
  • Sumber daya manusia yang terlatih sudah banyak yang layak
  • Teknik pengendalian pelaksanaan konstruksi sudah dikuasai
  • Tidak membutuhkan teknologi yang tinggi

Kekurangan dari Metode Bottom-Up:

  • Penggunaan konstruksi sementara sangat banyak
  • Secara efisien, tidak memungkinkan untuk melaksanakan dengan super struktural
  • Pelaksanaan dewatering harus lebih intensif

Metode Bottom-Up memiliki beberapa teknik dalam pekerjaannya seperti yang telah disebutkan diatas. Berikut penjelasan singkat mengenai teknik cut-off dan teknik strutting steel.

2. Teknik Cut-Off

Teknik cut-off ini merupakan metode yang pada tahap awalnya melakukan penggalian seluruh tanah secara langsung hingga ke elevasi perencanaan basement yang paling bawah. Akan tetapi, dengan penggunaan teknik ini, maka tanah di sekitar galian akan cenderung melakukan dorongan aktif dan memicu jatuhnya tanah sekitar menuju area yang sudah digali atau terjadinya longsor. Oleh sebab itu, tanah di sekitar area penggalian perlu ditahan dan diberi ground anchor dalam penggunaan metode ini agar tanah di sekitar area penggalian tidak runtuh.

Selain itu, penggunaan metode ini juga perlu memperhatikan lingkungan di sekitar proyek seperti seberapa banyak gedung yang sudah terbangun di sekitarnya. Hal ini dikarenakan tidak disarankan apabila di sekitar area proyek terdapat banyak gedung-gedung yang sudah berdiri sebab akan sangat mengganggu bagi keberadaan gedung-gedung tersebut. Gangguan yang terjadi dapat berupa runtuhnya bagian struktural dari gedung-gedung tersebut, turunnya tanah atau pondasi dari gedung-gedung tersebut.

3. Teknik Strutting Steel

Proses awal dari metode ini secara garis besar sama dengan metode cut-off yakni melakukan penggalian seluruh tanah secara langsung hingga ke elevasi basement yang paling dasar atau bawah. Karena tahap awal yang dilakukan maka kendala dan kesulitan yang dialami pun sama yaitu kecenderungan tanah sekitar untuk jatuh dan runtuh menuju area galian. Oleh karena itu, untuk mencegah runtuh atau jatuhnya tanah yang berada di sekitar proyek, perlu diberikan penahan tanah yang terdapat di sekitar galian.

Yang membedakan metode ini dengan metode cut-off adalah metode pencegahan runtuhnya tanah sekitar. Pada metode strutting ini, pencegahan yang dilakukan adalah dengan memberikan tahanan struktural berupa rangka baja dari satu sisi tanah menuju ke sisi tanah yang lain. Sehingga apabila dilihat dari atas, rangka baja yang dipasang kurang lebih akan terlihat seperti jaring atau net.

4. Metode Top-Down

Metode ini merupakan metode dengan melakukan cara pelaksanaan pembangunan gedung yang dimulai dari atas ke bawah. Dengan memasang dinding diafragma, proses pelaksanaan metode ini dimulai. Setelah itu, dipasang pondasi dan king post serta dilanjutkan dengan pembuatan plat lantai dasar. Kemudian lakukan pengerjaan konstruksi basement bagian bawah yang dilakukan bersamaan dengan penggalian. Apabila kondisi di sekitar proyek terdapat bangunan yang berdekatan, metode ini sangat membantu dan longsor tanah dari bangunan sekitar dapat dicegah.

Urutan Pengerjaan Metode Top-Down:

  • Pasang dinding diafragma
  • Pasang pondasi beserta kingpost
  • Kerjakan plat lantai dasar
  • Kerjakan pengerukkan dan pengecoran lantai basement
  • Kerjakan lantai basement lebih bawah lagi bersamaan dengan lantai yang lebih atas

Kelebihan dari Metode Top-Down:

  • Jadwal pelaksanaan dapat dipercepat
  • Relatif tidak mengganggu lingkungan
  • Resiko teknis lebih kecil

Kekurangan dari Metode Top-Down:

  • Masih terbatasnya sumber daya manusia yang ahli
  • Diperlukan pengetahuan spesifik untuk mengendalikan proyek
  • Diperlukan peralatan berat yang khusus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *